Aku tak peduli dengan hujan deras
yang sedang mengguyur tubuhku. Aku akan berdiri disini sampai dia memaafkanku. Walaupun kakiku sudah kaku-kaku dan hampir keram
(apalah namanya bodo amat dah) #plakkk.
“Mikaa, tolong maafkan aku.
Aku tak pernah bermaksud melakukan itu kepadanya. Percayalah padaku Mikaa. Aku hanya
dituntut Taka!!” teriakku.
“Sudaahlah Toru, sampai
kapanpun aku tak akan bisa memaafkanmu. Meskipun kau melakukan apapun untuk
mendapatkan maafku, termasuk dengan terus menerus berdiri di depan rumahku
seperti sekarang ini. Hiks” jawabnya dan aku bisa mendegar kalau dia menangis, dasar cengeng, ayam butut aja di tangisi
menyebalkan, batinku.
“Aku tahu kau sangat sakit
melihat apa yang telah kulakukan kemarin malam. Tapi percayalah padaku, aku tak
pernah ada maksud untuk melakukan itu. Aku selalu mengingatmu Mika, selalu
ingat jika aku selalu mencintaimu” ku coba sebisa mungkin untuk menjadi raja
gombal berharap Mika akan memaafkanku, ciyeee.
Tak ada jawaban.
Memang yang sudah kulakukan
itu sangat fatal. Kalau saja aku tak mendengarkan apa yang dikatakan Taka
kemarin malam, mungkin Mika tak akan pernah semarah ini kepadaku. Dasar Taka
aku tak mau memaafkanmu, kalau perlu aku gak mau lagi jadi gitaris one ok rock.
Apa sih aku berfikir sempit seperti itu. Kalau berhenti jadi gitaris buat makan
darimana coba. Aarrgghhh ..
Flashback
Malam itu Taka menginap di
rumahku untuk menyelesaikan aransemen musik untuk lagu-lagu yang Taka buat.
Seperti biasa, Taka selalu meminta hal yang macam-macam ketika aku sedang
bersamanya ataupun ketika kami sedang berkumpul bersama disertai Ryota dan
Tomoya. Selalu di waktu yang tidak tepat dan tak bisa ditunda. Dasar Taka
sebenarnya aku ga ikhlas terus-terus dijadikan pembantu kek gini.
01.55 am
“Toruuu, yuhuuuu!!”
Taka memanggilku ketika aku
sedang asik membuat chord-chord lagu dengan gitarku.
“Iya, ada apa Taka? Biasa aja
keles manggilnya.”
“Aku sangat lapar. Bisakah kau membelikanku ayam bakar with sauce mayonnaise nyammii?”
“Apa kau gila Taka? Ini
tengah malam. Mana ada restoran yang menjual ayam bakar selarut ini” jawabku
kesal, nada suaraku meninggi.
“Ayolah Toru aku memang sedang gila. Kau tahu kan, aku tak bisa fokus bekerja kalau keinginanku masih belum
terpenuhi. Apalagi menyangkut keadaan perutku”
Dengan terpaksa, aku pergi keluar
untuk menbelikannya ayam bakar. Nihil. Aku tak menemukan satu restoran pun atau
rumah makan yang menjual ayam bakar selarut ini di sekitar tempat tinggalku, kecuali di seberang sana, tapi aku takut. Ku putuskan untuk kembali ke rumah karena pekerjaanku memang masih
banyak sekali. Belum lagi nyetrika se-rigen, nyuci baju dua ember,
nyuci gelas bekas kopi kemarin ada sekitar satu lusin gelas kotor. Huh rempong
deh gue.
“Maaf Taka, aku tak menemukan
satu restoran pun yang menjual ayam bakar.
Lagi pula tukang potong ayamnya juga belum bagun.”
Ku gantungkan baju hangatku dan
melajutkan pekerjaanku kembali.
“Aiiisshh!!! Ayolah Toru. Aku
ingin sekali ayam bakar” Taka kembali lagi merengek sambil
mengguncang-guncangkan tanganku. Sepertinya sakit ngidamnya kambuh lagi.
Aku tak menggubrisnya. Aku
tetap fokus pada permainan gitarku. Tapi aku meresponnya ketika ia mulai
berbicara kembali. Lagi pula aku tidak bisa konsentrasi kalau mendengar
suara Taka yang meraung-raung kelaparan.
“Bagaimana kalau kau membuatkannya
untukku chef?”
“Tidak ada daging ayam di
lemari esku” ucapku datar.
“Iya, aku tahu aku tahu. Kau
potong saja ayam itu” ucap Taka sambil mengarahkan jari telunjuknya menuju ayam
bantam yang berada dalam kandang yang sering digunakan sebagai kandang anjing
pudle.
“Tidak, tidak, tidak.
Lagipula itu bukan ayamku, itu ayam bantam kesayangan Mika. Dan Mika sedang
menginap di rumahku, kalau kamu
mau potong aja sendiri”
“Aku tahu Toru jika dia
menginap disini, tapi sekarang dia sudah tidur kan bersama adik perempuanmu. Ayolah,
besok pagi kau bisa membelikan ayam yang sama untuk menggantikan ayamnya
sebelum dia bangun.”
Tak ada respon dariku. Kalau Mika
bangunnya lebih pagi dariku bagaimana?
“Yasudah terserah kau saja
jika kau tak ingin pekerjaan kita selesai malam ini”.
Dia mulai berbicara lagi. Kali
ini aku benar-benar Skak matt, tidak bisa menolak lagi. Ngeyel banget ni anak orang.
“Ya ya ya Mr. Freak. I’ll do
it”
Terpaksa aku meng-iya-kan apa
keinginannya. Apa boleh buat, dia memang seperti itu. Pekerjaannya tak akan
selesai ketika keinginannya belum terpenuhi, sedangkan besok siang adalah
deadline untuk menyelesaikan semua aransemen lagu-lagu ini. Ah, tapi aku juga tidak
ingin mengecewakan Mika. Maafkan aku Mika. Aku yakin kau pasti tidak akan
memaafkanku jika kau tahu akan hal ini.
Setelah 30 menit berlalu, ku
berhasil membuat ayam bakar with sauce
tomat – karena myounaisenya gak ada – yang
diinginkan Taka.
“Enak sekali Toru, kau koki
yang hebat. Ayam bantam bisa kau sulap menjadi ayam bakar seenak ini, nyam nyam nyam.”
Taka berbicara padaku dengan
mulut yang masih terisi penuh ayam bakar, sembari mengacungkan jempolnya ke
arahku. Aku tak menghiraukannya.
Selang beberapa detik setelah
Taka bicara, terdengar suara gelas tiba-tiba terjatuh yang sepertinya berisi penuh
air putih. Taka dan aku refleks menoleh ke arah sumber suara. Kaget.
“Mikkaaa oh Noooo!!”
“Ayamkuuuuuuu??” Mika
terpaku.
***
Hari sudah larut malam. Dan
aku masih berdiri di depan rumah Mika dengan baju yang masih basah setelah
hujan mengguyurku siang tadi. Sepertinya tidak ada harapan untuk Mika
memaafkanku. Tetap, aku akan berdiri disini hingga dia memaafkanku.
Ponselku berdering.
“Sebuah Email? Dari Mika”
batinku senang.
From: My Miichaan
Aku sungguh kecewa padamu Toru. Aku sangat marah sekali
padamu. Aku tak tahu apa aku bisa memaafkanmu atau tidak. Mungkin maafku akan
kau dapatkan jika kau bisa menghadirkan Hiro, ayam bantamku itu di sisiku
kembali.
Deg. Ada sesuatu yang membuat
sakit di dadaku. Aku tak pernah melihat dia semarah itu kepadaku sebelumnya.
Dan aku tahu, dia selalu serius dengan ucapannya.
Rasanya aku ingin menjerit
sekencang-kencangnya. Tapi, tiba-tiba sakit yang luar biasa menyerang kepalaku.
Pandanganku kabur. Kakiku lemas, tak bisa menopang tubuhku untuk berdiri.
Tubuhku tersungkur. Kemudian, gelap.
#tuh kan keram – eh setroke..
-End-
______________________________________________________________________
Ceritanya sih FF, tapi geje
banget yak? Yasudah, ini Cuma ff, ckckck :D
Tau gak sih ayam bantam itu apa? Belum tau yak?
Ayam bantam itu nama lain dari ayam kate. Tau kan ayam
kate apa? Kebangetan kalo gak tau mah, ckckck.
Badewey, ni ff terinspirasi dari iklan mie
se*piiiiiiiiippp* (sensor), haha.
Yasudahlah, segitu aja.
Kalo gak suka gapapa :D
Maaf yak ngeselin, hihi.
Arigatou Gozaimasu :3
karya Iva dengan hasil editan Reni Nuraeni :D